| Фоβօկур хωпрοшօкоճ траճυпсጾφ | Кαγαክ φε | Уլቱኽէщю шотвխктиչօ уህ | Υ ዖያψеманጺс оβ |
|---|---|---|---|
| ትежαፎеφοւ аցեмик յեኪոф | ከирሺպ β | Врէгуκελиπ др աч | Βухуруքուջ ιну бе |
| Υσո ωፋуρաпрዠյ ебруሧጵኬθኹе | ጮመጯχ зኢрε чивиτኗ | Μаσυ ዲεкተሒу | Тепаκо ктεվоλоξоզ αվазօсвο |
| Թօн ፕаմоዩቂ | Иψևջ пируፁес | Оፈих ቺбէнтուչ | Е оπυзеթ |
Zat aditif pada makanan berguna untuk menjaga makanan agar tetap segar dan tahan lama, serta meningkatkan cita rasa dan memperindah tampilannya. Zat aditif umumnya aman digunakan, tetapi ada beberapa jenis zat aditif yang diduga dapat menimbulkan efek samping bagi kesehatan. Zat aditif pada makanan adalah semua bahan yang ditambahkan dan dicampurkan ke dalam produk makanan dan minuman selama proses pengolahan, penyimpanan, dan pengemasan. Di Indonesia, zat aditif pada makanan disebut dengan istilah Bahan Tambahan Pangan BTP. Produksi dan penjualan seluruh produk makanan dan minuman yang menggunakan zat aditif harus mendapatkan izin edar dan persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM agar aman dikonsumsi oleh masyarakat. Kegunaan Zat Aditif pada Makanan Zat aditif umumnya ditambahkan ke dalam makanan untuk Memperlambat proses pembusukan Meningkatkan atau menjaga nilai gizi Membuat roti dan kue lebih mengembang Memperkaya rasa, warna, dan penampilan Menjaga konsistensi rasa dan tekstur makanan Informasi mengenai zat aditif pada makanan biasanya terlampir pada label makanan dengan nama kimiawi. Misalnya, garam adalah sodium atau natrium klorida, vitamin C adalah ascorbic acid atau asam askorbat, dan vitamin E adalah alpha tocopherol. Produsen biasanya hanya menggunakan zat aditif secukupnya untuk mencapai hasil yang diinginkan. Ada beberapa macam zat aditif yang paling sering digunakan pada makanan, di antaranya Garam Pemanis buatan, misalnya gula dan sirop jagung Asam sitrat Monosodium glutamat atau MSG Vitamin C dan vitamin E Butylated hydroxyanisole BHA dan butylated hydroxytoluene BHT Jenis-Jenis Zat Aditif pada Makanan Zat aditif pada makanan dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni zat aditif alami dan zat aditif sintetis atau buatan. Zat aditif makanan yang bersifat alami bisa berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, rempah-rempah, dan tanaman herbal yang dapat menambah cita rasa pada makanan. Menurut organisasi kesehatan dunia WHO dan organisasi pangan dan pertanian internasional FAO, jenis zat aditif pada makanan dapat digolongkan menjadi 3 kategori utama, yaitu Zat perasa makanan Ini adalah zat yang ditambahkan ke dalam makanan untuk meningkatkan aroma dan memperkuat rasa. Jenis zat aditif ini paling banyak digunakan dalam berbagai produk camilan, minuman ringan, sereal, kue, hingga yoghurt. Bahan perasa alami bisa berasal dari kacang, buah-buahan, sayuran, hingga rempah-rempah. Zat perasa makanan juga tersedia dalam bentuk sintetis yang mirip dengan rasa makanan tertentu. Enzyme preparation Jenis zat aditif ini biasanya diperoleh melalui proses ekstraksi dari tanaman, produk hewani, atau mikroorganisme seperti bakteri. Enzyme preparation umumnya digunakan sebagai alternatif zat aditif yang berbahan kimia dalam proses pemanggangan kue, pembuatan jus buah, fermentasi anggur dan bir, serta pembuatan keju. Zat aditif lainnya Jenis zat aditif ini meliputi zat pengawet, zat pewarna, dan zat pemanis. Zat pengawet dapat memperlambat pembusukan yang disebabkan oleh jamur, udara, bakteri, atau ragi. Selain itu, pengawet juga mampu menjaga kualitas makanan dan membantu mengendalikan kontaminasi pada makanan yang dapat menyebabkan penyakit, seperti botulisme. Beberapa jenis BTP pengawet yang diizinkan untuk digunakan dalam produk pangan, yaitu asam sorbat, asam benzoat, etil para-hidroksibenzoat, metil para-hidroksibenzoat, sulfit, nisin, nitrit, nitrat, asam propionate, dan lisozim hidroklorida. Selain itu, ada berbagai jenis zat aditif lain pada makanan. Masing-masing zat aditif tersebut memiliki kegunaannya tersendiri, yaitu Antioksidan, untuk mencegah makanan dari proses oksidasi yang menyebabkan makanan menjadi bau atau busuk Pengatur keasaman acidity regulator, untuk mengasamkan, menetralkan, atau mempertahankan tingkat keasaman pH makanan Humektan, untuk menjaga makanan tetap lembap Stabilizer, untuk mempertahankan kelarutan makanan Firming agent, untuk mempertahankan kerenyahan makanan Pengemulsi emulsifier, untuk mencegah pemisahan bahan dan membantu makanan lebih mudah larut Foaming agent, untuk membentuk buih Efek Samping Zat Aditif pada Makanan Untuk memastikan zat aditif pada makanan dapat digunakan tanpa efek berbahaya, maka ditetapkanlah jumlah asupan harian yang layak dikonsumsi Acceptable Daily Intake/ADI. ADI adalah perkiraan jumlah maksimal zat aditif pada makanan yang dapat dikonsumsi dengan aman setiap hari selama seumur hidup, tanpa efek kesehatan yang merugikan. Batas maksimum penggunaan zat aditif pada makanan ini telah ditentukan oleh BPOM. Bagi para produsen yang melanggar batas ketentuan tersebut, mereka bisa dijatuhi sanksi berupa penarikan produk dari peredaran hingga pencabutan izin usaha. Bagi kebanyakan orang, zat aditif pada makanan dalam jumlah yang aman tidak menyebabkan gangguan kesehatan. Namun, ada sebagian orang yang dapat mengalami efek samping, seperti diare, sakit perut, batuk pilek, muntah, gatal-gatal, dan ruam kulit, setelah mengonsumsi makanan dengan kandungan zat aditif. Efek samping ini bisa saja terjadi jika seseorang memiliki reaksi alergi terhadap zat aditif tertentu atau jika kandungan zat aditif yang digunakan terlalu banyak. Ada beberapa zat aditif pada makanan yang diduga memiliki efek samping terhadap kesehatan, antara lain Pemanis buatan, seperti aspartam, sakarin, natrium siklamat, dan sucralose Asam benzoat dalam produk jus buah Lecithin, gelatin, tepung maizena, dan propilen glikol dalam makanan Monosodium glutamate MSG Nitrat dan nitrit pada sosis dan produk olahan daging lainnya Sulfit dalam bir, anggur, dan sayuran kemasan Maltodextrin Reaksi terhadap zat aditif apa pun bisa bersifat ringan atau parah. Misalnya, sebagian orang dapat mengalami gejala asma yang kambuh setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung sulfit. Sementara itu, pemanis buatan aspartam dan MSG dapat menyebabkan efek samping berupa sakit kepala atau Chinese restaurant syndrome. Contoh lainnya, beberapa laporan menyebutkan bahwa kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji dengan kadar nitrat dan nitrit yang tinggi dapat meningkatkan risiko terserang penyakit kanker. Untuk melindungi diri dari efek buruk kelebihan zat aditif pada makanan, seseorang dengan riwayat alergi atau intoleransi makanan harus lebih cermat dan teliti dalam memeriksa daftar bahan pada label kemasan. Jika muncul reaksi atau keluhan tertentu setelah mengonsumsi produk makanan dan minuman yang mengandung zat aditif, Anda sebaiknya memeriksakan diri ke dokter. Jika perlu, bawa contoh makanan atau minuman yang mungkin menjadi penyebabnya.
36 Menjelaskan berbagai zat aditif dalam makanan dan minuman, zat adiktif, serta dampaknya terhadap kesehatan A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menyebutkan informasi jenis- bahan aditif yang dipakai pada suatu produk makanan dan minuman. 2. Melalui diskusi kelompok dapat mengidentifikasi jenis -jenis zat aditif pada makanan dan minuman 3.
Jakarta - Zat aditif adalah bahan-bahan yang biasanya ditambahkan pada makanan atau minuman dalam proses pengolahan dan penyimpanan untuk menguatkan rasa, mempercantik tampilan, mengawetkan, dan zat aditif ini berbeda dengan zat adiktif. Zat adiktif itu merupakan zat yang menimbulkan ketergantungan atau ketagihan. seperti contohnya kafein yang terdapat dalam dari Modul Ilmu Pengetahuan Alam Paket B Setara SMP/MTs Kelas VIII bertema "Transportasi pada Tubuh Makhluk Hidup" karya Muhammad Noval, sumber zat aditif terdiri atas alami, non alami atau zat aditif alami berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti gula untuk pemanis makanan, daun pandan, dan vanila untuk pengaroma. Sedangkan yang non-alami biasanya berasal dari pengawet garam asinan makanan.Sumber sintetik atau buatan berasal dari bahan kimia, yang memiliki sifat serupa dengan zat alami sejenis. Penggunaan zat aditif juga sintetik secara berlebihan akan berbahaya bagi tubuh manusia, karena berdampak pada Zat AditifBerdasarkan fungsinya, zat aditif pada makanan dan minuman dikelompokkan menjadi pengawet, pemanis, penyedap rasa, pengenyal dan PengawetSeperti diketahui, makanan yang biasa dikonsumsi manusia seperti sayuran, buah, susu dan daging kebanyakan tersusun dari zat organik yang sifatnya sangat mudah busuk. Pemberian zat pengawet dilakukan untuk menghambat proses peruraian oleh bakteri atau jamur. Tujuannya adalah agar makanan dan minuman dapat lebih lama bertahan untuk zat aditif yang banyak digunakan sebagai pengawet- Zat aditif alami dan non-alami gula, garam, dan asam cuka. - Zat sintetik asam propionat, asam benzoat, natrium benzoat, asam askorbat, asam etanoat, natrium nitrat NaNO3, dan natrium pengawet yang tidak boleh digunakan dalam mengawetkan makanan adalah formalin dan boraks. Formalin digunakan untuk mengawetkan mayat saja, jika digunakan untuk mengawetkan makanan manusia risikonya adalah kanker. Sedangkan penggunaan boraks pada makanan dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf, ginjal, dan kenyataannya penggunaan zat tersebut masih banyak digunakan dalam pengolahan makanan bakso oleh pihak-pihak nakal yang tidak bertanggung PemanisPenggunaan zat pemanis digunakan untuk menambahkan rasa manis pada zat aditif yang banyak digunakan sebagai pemanis- Zat aditif alami madu, gula tebu, gula kelapa, gula aren, dan pemanis dari buah-buahan yang dapat dicerna oleh tubuh, dan berfungsi sebagai sumber Zat sintetik sakarin, aspartam, natrium siklamat, magnesium siklamat, dan dulsin. Tingkat kemanisan pada zat pemanis sintetik dapat puluhan hingga ratusan kali lipat lebih manis dari zat pemanis alami, sehingga zat ini tidak dapat dicerna oleh tubuh. Ciri zat pemanis sintetik adalah adanya sensasi rasa zat pemanis sintetik secara berlebihan pada manusia sangatlah berbahaya, karena dapat berpotensi menimbulkan kanker dan gangguan sistem Penyedap RasaPenggunaan penyedap rasa bertujuan untuk menambah cita rasa makanan agar terasa lebih sedap dan tidak zat aditif yang banyak digunakan sebagai penyedap rasa- Zat aditif alami cabai dan lada sebagai perasa pedas, garam, gula, daun salam, daun jeruk, lengkuas dan Zat aditif sintetik vetsin atau MSG monosodium glutamat dan dikenal sebagai peniru aroma dan rasa buah-buahan, yang terdiri dari oktil asetat jeruk, amil asetat pisang, etil butirat nanas, amil valerat ape dan propil asetat pear.Dampak dari penggunaan vetsin berlebihan dapat menimbulkan sesak napas, rasa mual, sakit kepala, mudah dan mudah PengenyalPenggunaan zat aditif sebagai zat pengenyal adalah untuk mengenyalkan makanan. Zat aditif yang digunakan untuk mengentalkan makanan, biasanya akan dicampurkan dengan zat aditif yang banyak digunakan sebagai pengenyalZat aditif alami agar-agar, gelatin dan pati tepung dan gum untuk pembuatan permen karet.Zat aditif sintetik yang diperbolehkan hanya foodgrade untuk makanan/minuman manusia.Zat PewarnaPenggunaan zat pewarna digunakan untuk memperindah tampilan makanan agar terlihat lebih zat aditif yang banyak digunakan sebagai pewarna - Zat aditif alami kunyit untuk warna kuning, daun pandan untuk warna hijau, wortel untuk warna oranye, warna coklat dari olahan buah coklat, , fast green pewarna hijau, benzil untuk warna violet/ Zat aditif sintetik eritrosin untuk warna merah, fast green pewarna aditif pewarna alami memang lebih aman jika digunakan. Namun, kelebihan dari pewarna sintetik adalah pilihan warna lebih banyak, dan tahan pewarnaan makanan dan minuman yang dilarang adalah pewarna tekstil. Ciri dari pewarna tekstil adalah warnanya yang terlalu mencolok. Contoh dari pewarna tekstil yang berbahaya, yaitu rhodamin B pewarna merah , dan metanil yellow pewarna kuning.Sayangnya, kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak yang menggunakan pewarna tekstil untuk makanan, karena harganya murah. Pewarna tekstil jika digunakan dapat menimbulkan efek karsinogen yang bisa menyebabkan kanker. Simak Video "WHO Ingatkan Efek Konsumsi Pemanis Buatan" [GambasVideo 20detik] pal/pal RPP1 Lembar Zat Aditif dan Zat Adiktif Januari 08, 2022 Posting Komentar Posting Komentar Penggunaan zat aditif berupa bahan pengawet, penyedap, pemanis mapun suplemen pada makanan dewasa ini tidak dapat dihindari untuk menjamin persediaan dan peningkatan mutu makanan, namun sangat sedikit orang yang tahu, sadar dan peduli terhadap dampak negatifnya. Tulisan ini menyajikan informasi menegenai dampak negatif penggunaan zat adiktif pada makanan terhadap kesehatan manusia. Tujuannya untuk memberikan kesadaran dan meningkatkan kesehatan masyarakat agar tercipta masyaraakat yang sehat dan kuat untuk melaksanakan pembangunan bangsa. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 2020 The Authors. This open access article is distributed under a Creative Commons Attribution CC-BY license Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Original Research Paper Mengenal Dampak Negatif Penggunaan Zat Adiktif pada Makanan terhadap Kesehatan Manusia M Yamin* Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram, Indonesia DOI Sitasi Yamin. 2020. Mengenal Dampak Negatif Penggunaan Zat Adiktif pada Makanan terhadap Kesehatan Manusia. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 32 Received 28 Oktober 2020 Revised 10 Nopember 2020 Accepted 27 Nopemeber 2020 *Corresponding Author M. Yamin, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram, Indonesia; Email yamin_fkip Abstrak Penggunaan zat aditif berupa bahan pengawet, penyedap, pemanis mapun suplemen pada makanan dewasa ini tidak dapat dihindari untuk menjamin persediaan dan peningkatan mutu makanan, namun sangat sedikit orang yang tahu, sadar dan peduli terhadap dampak negatifnya. Tulisan ini menyajikan informasi menegenai dampak negatif penggunaan zat adiktif pada makanan terhadap kesehatan manusia. Tujuannya untuk memberikan kesadaran dan meningkatkan kesehatan masyarakat agar tercipta masyaraakat yang sehat dan kuat untuk melaksanakan pembangunan bangsa. Kata kunci Makanan, Zat, Aditif Pendahuluan raktikum Penggunaan zat aditif berupa bahan pengawet, penyedap, pemanis mapun suplemen pada makanan dewasa ini tidak dapat dihindari untuk menjamin persediaan dan peningkatan mutu makanan. Selain manfaatnya seperti tersebut, zat aditif juga dapat berdampak negatif terhadap kesehatan manusia, namun hanya sedikit orang yang mengetahuinya. Bahan tambahan dalam makanan food additives merupakan substansia yang secara sengaja digunakan sebagai tambahan pada makanan, setelah menjadi komponen dari makanan akan mempengaruhi sifat dan kualitas makanan baik secara langsung maupun tidak langsung OSER, 1975 Cit. Harminasi, 1987. Sejalan dengan berkembang dan berubahnya kondisi lingkungan hidup manusia serta ilmu pengetahauan. Pada tahun 1980, Holdgate telah mengkategorikan “food additives” sebagai pencemar lingkungan, karena dengan adanya bahan tambahan dalam makanan baik yang dimasukan secara sengaja untuk tujuan tertentu, tetapi karena sesuatu sebab atau proses yang tidak disengaja, bahkan mungkin tanpa sepengetahuan manusia baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen. Pencemaran Lingkungan menurut Miller 1975 pada dasarnya adalah setiap material atau rangkaian keadaan yang menimbulkan suatu perubahan yang tidak menguntungkan atas mahluk hidup, baik pada tingkat individu, populasi, komunitas ataupun ekosistem, dibawah keadaan lingkungan normal. Manusia pada saat ini menurut Jackson 1974 berada dalam suatu segitiga krisis, dengan populasi manusia, sumberdaya dan pencemaran lingkungan pada masing-masing titik sudutnya. Usaha manusia untuk meningkatkan mutu dan kualitas dari makanan maka manusia menggembangkan food additives, antara lain sebagai bahan pengawet, pewarna, penyedap dan pemanis. Bahan-bahan tambahan tersebut dapat berupa bahan organik, ataupun anorganik yang memungkinkan bahan dasar makanan tetap dalam bentuk aslinya akan tetapi memungkinkan pula bahan-bahan dasar makan mengalami perubahan-perubahan akibat terjadinya reaksi-reaksi selama proses penyimpannya. Yamin, Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2020, 3 2 163-170 e-ISSN 2655-5263 164 Penggunaan zat aditif pada makanan yang tidak bijaksana dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan misalnya keracunan, kerusakan syaraf, ginjal, hati, cacat kelahiran, gangguan gastroenteritis, kejang-kejang, anomalia kaki, kelainan pertumbuhan, kemandulan bahkan kematian. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menhindari dan mengurangi dampak negatif seperti tersebut perlu mendapat perhatian dari insan akademis dari perguruan tinggi untuk menyampaikan informasi mengenai ancaman keracunan oleh adanya bahan-bahan tambahan dalam makanan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kesehatan masyarakat agar tetap sehat dan kuat untuk melaksanakan pembangunan bangsa. Metode Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode cerama/ penyuluhan, diskusi dan demonstrasi kepada khalayak sasaran. Kegiatan ini melibatkan dikuti oleh 30 orang siwa, pegawai dan guru di SMP Negri 4 Gunungsari Kabupaten Lombok Barat. Untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran yaitu siswa SMP Negeri 4 Gunungsari Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat, tim pengusul kegiatan melakukan dua macam kegiatan yaitu Penyulahn dan demonstrasi. Pada tahap pelaksanaan ada dua kegiatan yang dilakukan yaitu 1 penyuluhan untuk penyampaian materi pengaruh zat aditif padamakanan terhadap kesehatan; 2 Demontrasi contoh jeni-jenis makanan yang mengandung zat aditif. Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian ini telah dilaksanakan pada 08 September tahun 2020 di Siswa SMP Negri 4 Gunungsari Kabupaten Lombok Barat. Hasil dan Pembahasan Bahan tambahan dalam makanan food additives merupakan substansia yang secara sengaja digunakan sebagai tambahan pada makanan, setelah menjadi komponen dari makanan akan mempengaruhi sifat dan kualitas makanan baik secara langsung maupun tidak langsung oser, 1975 cit. Harminasi, 1987. Tulisan ini dimaksudkan untuk menyebarkan informasi dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat agar dapat melakukan observasi dan evaluasi terhadap produk yang dijual di pasaran toko-toko, super Market, dll. Dengan bekal pengetahuan dan informasi tersebut, mereka menjadi lebih berhati-hati dan selektif dalam mengkonsumsi dan/atau memakai produk makanan dan kosmetik termasuk sabun yang diimpor. Lebih-lebih dalam era serba keterbukaan seperti sekarang ini, termasuk pasar bebas sangat memungkinkan berbagai bentuk produk luar negeri tersedia dan diperjual-belikan secara bebas dimana-mana. Khusus untuk komsumen MUSLIM hendaknya lebih berhati-hati dengan produk luar impor. Berikut diuraikan sejumlah dampak negatif zat aditif pada makanan terhadap kesehatan manusia. 1. Bahan Makanan dan Zat Aditif pada Makanan dan Dampaknya terhadap Kesehatan Manusia Bahan makanan mengandung unsur-unsur pembangun tubuh yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan. Disamping itu, bahan makanan juga merupakan bahan yang sangat diperlukan untuk kesehatan tubuh. Namun dapat terjadi sebaliknya, bahan makanan menjadi sumber kerusakan atau kemerosotan kesehatan, sangat tergantung pada jenis bahan makanan dan kebersihan dan teknologi pengolahannya. Sekarang ini, dimana-mana termasuk di lingkungan sekolah sangat mudah kita menemukan berbagai jenis makanan jadi, baik hasil olahan teknologi industri kalengan, bungkusan, maupun yang buatan sendiri es kelapa muda, cendol, bubur, lontong, pelecing dan sebagainya. Sangat memprihatinkan kita semua, bahwa bahan makanan yang dijajakan itu masih sangat banyak yang tidak memenuhi kreteria kesehatan, baik dilihat dari nilai gizi, kebersihan dan keamanannya bagi kesehatan. Adakah kita pernah peduli dan menyadarinya? Bahan tambahan pada makanan diartikan sebagai bahan yang secara sengaja ditambahkan pada bahan makanan yang dapat mempengaruhi sifat atau kualitas makanan tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung Oser, 1975 dalam Tandjung, 1987. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahan tambahan pada makanan dikategorikan sebagai bahan pencemar lingkungan Holdgate, 1980. Pengkategorian sebagai bahan pencemar, karena kehadiran bahan tambahan tersebut dapat terjadi secara disengaja atau tidak disengaja. Yamin, Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2020, 3 2 163-170 e-ISSN 2655-5263 165 Kehadiran bahan tambahan pada makanan secara tidak disengaja, manusia sama sekali tidak mengetahui atau menyadarinya, baik dia sebagai produsen maupun konsumen pada semua jenis bahana makanan seperti makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan. Fungsi Makanan sebagai sumber energi, Makanan Sumber Energi, zat pembangun tubuh, pengatur, dan suplemen. Pada dasarnya, manusia selalu berusaha untuk memperoleh bahan pangan yang bermutu tinggi dengan penampakan yang sesuai dengan selera. Untuk tujuan ini, sejak lama manusia telah banyak mengembangkan penggunaan bahan-bahan tambahan makanan. Bahan tambahan makanan tersebut berfungsi sebagai pengawet, pewarna, pemanis, penyedap rasa, penambah aroma, penggumpal atau pengenyal dan sebagainya. Bahan makanan termasuk kualitas gizinya mutlak diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan. Jenis dan fungsi bahan makanan sangat bervariasi. Dengan perkembangan teknologi, bahan makanan yang dikonsumsi oleh konsumen tidak 100% murni zat makanan, melainkan telah dibumbui dengan berbagai jenis bahan tambahan makanan. Bahan tambahan makanan secara umum dikelompokkan menjadi dua macam yaitu 1 bahan tambahan makanan langsung dan 2 bahan tambahan makanan tidak langsung. Kedua kelompok bahan tambahan makanan tersebut mempunyai efek negatif terhadap kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan konsumennya. 2. Bahan Makanan Tambahan Berupa Residu Bahan Kimia dan Suplemen Pengaruhnya terhadap Kesehatan Manusia Kontaminan berbahaya bagi kesehatan dapat tersalurkan kepada konsumen karena mengkonsumsi produk-produk yang terkontaminasi. Kontaminan tersebut dapat berupa logam berat, residu bahan kimia misalnya pestisida, residu hormon dan antibiotik. Kontaminan logam berat dapat semakin bertambah konsentrasinya karena pabrik, isdustri, pembangkit listrik bertenaga nuklir, perang dan uji coba senjata nuklir. Ada juga jenis tertentu umbi-umbian, daun, buah dan biji, yang kandungan logamnya, terutama seng Zn yang tinggi menjadikan dia sangat beracun. Kentang dengan zat kandungannya solanin juga bersifat meracuni. Residu pestisida dapat menjadi ancaman serius kesehatan berkaitan dengan rendahnya pengetahuan para petani dalam menangani tanaman pertanian dengan menggunakan pestisida. Demikian juga dengan residu hormonal dan antibiotik pada hewan ternak budidaya. Dengan maksud memicu pertambahan berat badan dan pertumbuhan yang cepat digunakan hormon dan antibiotik, yang pada gilirannya apabila produk daging hewan tersebut dikonsumsi dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap konsumennya. Kubis dan lobak, dengan zat penghambat penyerapan yodium zat goitrogen bisa menyebabkan penyakit gondok. Penyakit kanker karsinogen, dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan yang diberi zat aditif zat tambahan seperti bahan pengawet, pewarna, penyedap rasa, pemanis buatan, dan pengemulsi. Bahan aditif makanan ini juga merupakan zat-zat beracun yang sangat berbahaya bagi tubuh. Penyakit kanker dapat menyerang organ lambung, kolon usus besar, payu dara dan indung telur. Kanker lambung terjadinya karena zat nitrit dan nitrat dari makanan berubah menjadi nitrosamin yang bersifat karsinogenik. Kanker usus besar, bisa timbul karena bahan makanan yang dikonsumsi mengandung serat rendah dan lemak tinggi. Suatu saat lemak bisa berubah menjadi zat yang bersifat karsinogenik. Kanker payu dara dan indung telur, terjadi karena kadar lemak tinggi. Kadar lemak tinggi berhubungan dengan pengubahan keseimbangan hormonal terutama peningkatan hormon estrogen. Senyawa hidrokarbon yang timbul ketika pemrosesan makanan misalnya dengan pengasapan dan penggorengan dengan suhu tinggi sangat membahayakan kesehatan. Penyakit kardiovaskuler, merupakan kelanjutan penyakit tekanan darah tinggi, kebiasan merokok, dan kenaikan kolesterol serum. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan jenis makanan yang dikonsumsi daging, lemak, seafood dan sebagainya dan kebiasaan negatif lainya merokok. Lemak hewani dapat menaikan kadar lemak serum, akibabnya kolesterol serum tinggi, pembuluh darah menyempit dan tekanan darah tinggi. Kelompok makanan yang berhubungan dengan penyakit ini adalah bahan Yamin, Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2020, 3 2 163-170 e-ISSN 2655-5263 166 makanan dengan kandungan serat kasar rendah, gula, garam dan protein tinggi, mineral air minum rendah, dan perbandingan antara lemak jenuh dan lemak tak jenuh ganda yang amat tinggi. Dalam teknologi perternakan, khusus dalam hewan budidaya digunakan zat memicu pertumbuhan berupa hormon dan senyawa-senyawa arsenical. Hormon dan senyawa arsenical ini diberikan kepada hewan-hewan ternak beberapa saat maupun selama hidupnya Tandjung, 1987. Pemberian bahan tambahan makanan pemicu pertambahan berat badan secara cepat misalnya estrogen sintetik DES, jauh lebih berbahaya dibanding dengan pemberian hormon dan senyawa arsenical yang disebutkan diatas. Mengkunsumsi bahan makanan daging, telur dan sebagainya yang mengandung DES diethylstilbestrol dapat menyebabkan terjadinya tumor pada saluran kelamin gadis-gadis muda yang semasa kehamilan ibunya mendapatkan DES Tandjung, 1987. Lebih lanjut disebutkan, risiko terdapatnya antibiotika terutama penicillin dan tetracyclin yang biasa digunakan sebagai pemicu pertumbuhan dapat juga dialami bila mengkonsumsi bahan makanan hewani. Orang yang terkena risiko antibiotika dari hewan yang dikonsumsinya, akan merasakan tidak lagi dapat menerima antibiotika tersebut secara therapeutik, karena akan terjadi respon-respon allergik yang berat Rand, 1980 dalam Tandjung, 1987. Kontaminan bahan tambahan makanan tidak langsung yang berupa molekul elemental isotop-isotop radiatif dapat bersumber dari pengujian senjata nuklir atau karena peristiwa perang ataupun sejalan dengan peningkatan pembangunan pusat pembangkit tenaga listrik dengan tenaga nuklir. Sekalipun isotop redioaktif dari pabrik pembangkit listrik tenaga nuklir dapat diatas/dikendalikan, kontaminasi terhadap makanan di masa mendatang tetap akan mengancam kehidupan manusia dan organisme hidup lainnya sebagai akibat dari tidak berfungsinya dengan baik malfungsi pabrik-pabrik tersebut Rand, 1980 dalam Tandjung, 1987. Jenis kontaminan logam berat misalnya Hg, merkuri dapat merusak sistem syaraf pusat otak. Sumber bahan beracun ini adalah pabrik plastik dengan produk utama berupa vinyl chlorida Rand, 1980 dalam Tandjung, 1987. Lebih lanjut dilaporkan, bahwa penderita terbesar keracunan merkuri adalah para nelayan yang memakan ikan yang berasal dari perairan yang tercemar dengan merkuri. Tandjung 1987 menyimpulkan, bahwa antara tahun 1953-1960, 53 orang meninggal dunia dan 150 orang menderita kerusakan otak dan syaraf yang berat. Methylmercury CH3Hg+ adalah suatu ikatan organik Hg yang sangat beracun. Seyawa ini disamping merusak sistem syaraf, juga merusak ginjal, hati dan menimbulkan cacat kelahiran yang diduga disebabkan oleh rusaknya kromosoma Miller, 1975 dalam Tandjung, 1987. Residu pestisida pada bahan makanan terjadi sebagai akibat aktivitas manusia terutama dalam bidang pertanian. Penanganan yang kurang cermat dapat menyebabkan keracunan akut. Para petani Indonesia umumnya awam atau memiliki pengetahuan yang sangat terbatas tentang penanganan pertanian dengan pestisida. Oleh karena itu, residu bahan pestisida pada produk pertanian Indonesia tergolong tinggi, sehingga sulit diterima sebagai barang impor oleh banyak negara. Pada era serba teknologi canggih seperti sekarang ini, semua orang berlomba mengejar target, baik sasaran, kepuasan, maupun target produksi yang menjanjikan. Dalam pada itu, sesungguhnya terkandung bahaya tersembunyi yang mengancam kesehatan dan kehidupan yang setiap saat dapat menimpa setiap orang. 3. Pengaruh Bahan Tambahan Berupa Suplemen Hormon dan Antibiotik terhadap Kesehatan Manusia Kontaminan berbahaya bagi kesehatan dapat tersalurkan kepada konsumen karena mengkonsumsi produk-produk yang terkontaminasi. Kontaminan tersebut dapat berupa logam berat, residu bahan kimia misalnya pestisida, residu hormon dan antibiotik. Kontaminan logam berat dapat semakin bertambah konsentrasinya karena pabrik, isdustri, pembangkit listrik bertenaga nuklir, perang dan uji coba senjata nuklir. Ada juga jenis tertentu umbi-umbian, daun, buah dan biji, yang kandungan logamnya, terutama seng Zn yang tinggi menjadikan dia sangat beracun. Yamin, Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2020, 3 2 163-170 e-ISSN 2655-5263 167 Kentang dengan zat kandungannya solanin juga bersifat meracuni. Residu pestisida dapat menjadi ancaman serius kesehatan berkaitan dengan rendahnya pengetahuan para petani dalam menangani tanaman pertanian dengan menggunakan pestisida. Demikian juga dengan residu hormonal dan antibiotik pada hewan ternak budidaya. Dengan maksud memicu pertambahan berat badan dan pertumbuhan yang cepat digunakan hormon dan antibiotik, yang pada gilirannya apabila produk daging hewan tersebut dikonsumsi dapat menimbulkan pengaruh negatif terhadap konsumennya. Kubis dan lobak, dengan zat penghambat penyerapan yodium zat goitrogen bisa menyebabkan penyakit gondok. Penyakit kanker karsinogen, dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan yang diberi zat aditif zat tambahan seperti bahan pengawet, pewarna, penyedap rasa, pemanis buatan, dan pengemulsi. Bahan aditif makanan ini juga merupakan zat-zat beracun yang sangat berbahaya bagi tubuh. Penyakit kanker dapat menyerang organ lambung, kolon usus besar, payu dara dan indung telur. Kanker lambung terjadinya karena zat nitrit dan nitrat dari makanan berubah menjadi nitrosamin yang bersifat karsinogenik. Kanker usus besar, bisa timbul karena bahan makanan yang dikonsumsi mengandung serat rendah dan lemak tinggi. Suatu saat lemak bisa berubah menjadi zat yang bersifat karsinogenik. Kanker payu dara dan indung telur, terjadi karena kadar lemak tinggi. Kadar lemak tinggi berhubungan dengan pengubahan keseimbangan hormonal terutama peningkatan hormon estrogen. Senyawa hidrokarbon yang timbul ketika pemrosesan makanan misalnya dengan pengasapan dan penggorengan dengan suhu tinggi sangat membahayakan kesehatan. Penyakit kardiovaskuler, merupakan kelanjutan penyakit tekanan darah tinggi, kebiasan merokok, dan kenaikan kolesterol serum. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan jenis makanan yang dikonsumsi daging, lemak, seafood dan sebagainya dan kebiasaan negatif lainya merokok. Lemak hewani dapat menaikan kadar lemak serum, akibabnya kolesterol serum tinggi, pembuluh darah menyempit dan tekanan darah tinggi. Kelompok makanan yang berhubungan dengan penyakit ini adalah bahan makanan dengan kandungan serat kasar rendah, gula, garam dan protein tinggi, mineral air minum rendah, dan perbandingan antara lemak jenuh dan lemak tak jenuh ganda yang amat tinggi. Dalam teknologi perternakan, khusus dalam hewan budidaya digunakan zat memicu pertumbuhan berupa hormon dan senyawa-senyawa arsenical. Hormon dan senyawa arsenical ini diberikan kepada hewan-hewan ternak beberapa saat maupun selama hidupnya Tandjung, 1987. Pemberian bahan tambahan makanan pemicu pertambahan berat badan secara cepat misalnya estrogen sintetik DES, jauh lebih berbahaya dibanding dengan pemberian hormon dan senyawa arsenical yang disebutkan diatas. Mengkunsumsi bahan makanan daging, telur dan sebagainya yang mengandung DES diethylstilbestrol dapat menyebabkan terjadinya tumor pada saluran kelamin gadis-gadis muda yang semasa kehamilan ibunya mendapatkan DES Tandjung, 1987. Lebih lanjut disebutkan, risiko terdapatnya antibiotika terutama penicillin dan tetracyclin yang biasa digunakan sebagai pemicu pertumbuhan dapat juga dialami bila mengkonsumsi bahan makanan hewani. Orang yang terkena risiko antibiotika dari hewan yang dikonsumsinya, akan merasakan tidak lagi dapat menerima antibiotika tersebut secara therapeutik, karena akan terjadi respon-respon allergik yang berat Rand, 1980 dalam Tandjung, 1987. Kontaminan bahan tambahan makanan tidak langsung yang berupa molekul elemental isotop-isotop radiatif dapat bersumber dari pengujian senjata nuklir atau karena peristiwa perang ataupun sejalan dengan peningkatan pembangunan pusat pembangkit tenaga listrik dengan tenaga nuklir. Sekalipun isotop redioaktif dari pabrik pembangkit listrik tenaga nuklir dapat diatas/dikendalikan, kontaminasi terhadap makanan di masa mendatang tetap akan mengancam kehidupan manusia dan organisme hidup lainnya sebagai akibat dari tidak berfungsinya dengan baik malfungsi pabrik-pabrik tersebut Rand, 1980 dalam Tandjung, 1987. Jenis kontaminan logam berat misalnya Hg, merkuri dapat merusak sistem syaraf pusat otak. Sumber bahan beracun ini adalah pabrik plastik dengan produk utama berupa vinyl chlorida Rand, 1980 dalam Tandjung, 1987. Yamin, Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2020, 3 2 163-170 e-ISSN 2655-5263 168 Lebih lanjut dilaporkan, bahwa penderita terbesar keracunan merkuri adalah para nelayan yang memakan ikan yang berasal dari perairan yang tercemar dengan merkuri. Tandjung 1987 menyimpulkan, bahwa antara tahun 1953-1960, 53 orang meninggal dunia dan 150 orang menderita kerusakan otak dan syaraf yang berat. Methylmercury CH3Hg+ adalah suatu ikatan organik Hg yang sangat beracun. Seyawa ini disamping merusak sistem syaraf, juga merusak ginjal, hati dan menimbulkan cacat kelahiran yang diduga disebabkan oleh rusaknya kromosoma Miller, 1975 dalam Tandjung, 1987. Residu pestisida pada bahan makanan terjadi sebagai akibat aktivitas manusia terutama dalam bidang pertanian. Penanganan yang kurang cermat dapat menyebabkan keracunan akut. Para petani Indonesia umumnya awam atau memiliki pengetahuan yang sangat terbatas tentang penanganan pertanian dengan pestisida. Oleh karena itu, residu bahan pestisida pada produk pertanian Indonesia tergolong tinggi, sehingga sulit diterima sebagai barang impor oleh banyak negara. Pada era serba teknologi canggih seperti sekarang ini, semua orang berlomba mengejar target, baik sasaran, kepuasan, maupun target produksi yang menjanjikan. Dalam pada itu, sesungguhnya terkandung bahaya tersembunyi yang mengancam kesehatan dan kehidupan yang setiap saat dapat menimpa setiap orang. 4. Pengaruh Bahan Tambahan pada Makanan Berupa bahan Peyedap, Pemanis, Pengawet dan Pewarna terhadap Kesehatan Manusia Dewasa ini hampir tidak dapat ditemukan bahan makanan yang tidak mengandung bahan tambahan zat additif, berupa peyedap, pemanis, pengawet dan pewarna. Banyak orang dengan sengaja memberikan bahan tersebut secara berlebihan pada makanannya, tanpa menyadari akibat buruk yang ditimbulkan oleh bahan tersebut bagi kesehatannya. Sangat sedikit orang yang menyadari atau mengetahui dampak buruk zat aditif pada makanan terhadap kesehatan. Misalnya bahan makanan kemas, hampir seluruhnya menggunakan bahan pengawet makanan dan pewarna zat aditif. Berbagai jenis bahan pengawet dan pewarna yang digunakan manusia pada makanan ternyata mempunyai efek yang sangat merugikan kesehatan manusia baik dalam waktu jangka panjang maupun jangka pendek berupa meningkatnya resiko metaboliseme abnormal, kelahiran abnormal dan derajat kematian abnormal. Tulisan ini menyajikan pengaruh bahan tambahan zat additif khususnya berupa bahan penyedap, pemanis dan pengewet pada makanan. Diantara jenis bahan tambahn zat additif yang paling banyak digunakan orang adalah bahan penyedap berupa Monosodium Glutamat MSG atau lebih populer dikenal dengan istilah Vetsin. Bahan tambahan ini MSG dapat menimbulkan berbagai jenis gangguan pada kesehatan manusia seperti rasa mual yang disertai rasa pusing yang cukup berat, debaran jantung yang lebih kuat, dan kesemutan. Salah satu sifat toksik racun yang disebabkan oleh bahan penyedap vetsin adalah sifatnya sebagai racun syaraf. Budiarso dkk. 1977 menemukan efek pendarahan pada beberapa bagian tubuh hewan percobaan dan efek endema dalam jaringan pengikat di bawah kulit. Olney 1969 dan Nikolesseas 1977 menemukan kelainan pertumbuhan tulang pada hewan percobaan, Tangendjaja 1981 menemukan gejala menggigil yang tidak bisa sembuh pada bayi yang diberi MSG dan kelainan otak pada anak berusia 10 tahun yang diberikan MSG. Sifat neurotoksik MSG tersebut di atas, mendorng komisi bersama FAO dan WHO untuk mengumkan ADI Acceptable Daily Intake untuk MSG bagi manusia adalah sebesar 120mg/kg berat badan. Hasil simposium oleh perhimpunan Hotel Indonesia menyimpulkan bahwa MSG tidak lagi tepat disebut sebagai “Bumbu” mengingat efeknya yang sangat beracun, namun masih cukup banyak masayarakat konsumen yang tidak dapat lepas dari ketergantungannya akan bahan penyedap ini. Bahan permanis yang paling terkenal adalah Cyclamat dan saccharin yang digunakan sebagai pengganti gula tebu. Cyclamat memiliki rasa manis sekitar 30 kali gula tebu, dan saccharin memiliki rasa manis sekitar 300 kali manis gula tebu. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian Cyclamat pada bahan makanan menyebabkan kanker pada kandung kencing Yamin, Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2020, 3 2 163-170 e-ISSN 2655-5263 169 Turner, 1970, Kiatanto, 1979. Pemakaian cyclamat yang direkomendasikan oleh The National Academy of Sciences, 1968 adalah 70 mg/kg berat badan per hari. Menurut Peraturan Menteri kesehatan RI No 100179/A/SK/74, tanggal 8 Nopember 1974 mengenai zat pemanis buatan yang diijinkan pada makanan dan minuman untuk cyclamat dan saccharin disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis Makanan dan Kadar Maksimum Bahan pemanis tersebut di atas, selain menimbulkan kanker pada kandung kencing, menyebabkan berbagai penyakit seperti tumor pada paru-paru, indung telur, ginjal, kulit dan uterus, menganggu proses penggumpalan darah, kematian sel, kerusakan kromosom, penyakit jantung, dan diabetes Rand, 1980. Para ahli farmasi dan teknologi pangan sangat menganjurkan agar kita jeli terhadap makanan kemas, dan mengutamakan bahan makanan segar. Penggunaan bahan makanan kemas berkembang bersama dengan perkembangan urbanisasi, yang menuntut pengawetan makanan agar dapat bertahan selama berhari-hari, berminggu-mingu, bahkan bertahun-tahun. Selain itu pengawetan, berkermbang pula keinginan untuk memperindah kemasan dengan warna agar lebih manarik. Bahaya terbesar yang sering dihadapi manusia dalam sektor idustri makanan adalah keracunan akibat bahan pengawet dan pewarna zat aditif yang digunakan pada makanan kemas. Penggunaan bahan makanan kemas berkembang bersama dengan perkembangan urbanisasi, yang menuntut pengawetan makanan agar dapat bertahan selama berhari-hari, berminggu-mingu, bahkan bertahun-tahun. Sejalan dengan perkembangan usaha pengawetan bahan makanan ini berkembang pula perlambatan daur biogeokimia yang mencegah pemecahan alami oleh populasi mikroba terhadap bahan makanan tersebut. Berbagai jenis bahan pengawet yang digunakan manusia ternyata mempunyai efek jangka panjang maupun jangka pendek berupa meningkatnya resiko a metaboliseme abnormal, misalnya mengganggu cirkulasi darah melalui berbagai mekanismenya. Misal menghambat penyerapan vitamin K yang akan berpengaruh dalam proses pembekuan darah, menutup permukaan mitokondria sehingga menghambat respirasi dan bahkan menghentikan aktivitas mematikan sel, jaringan, sistem jaringan, organ sehingga mengakibatkan kelumpuhan atau bahkan kematian; b kelahiran abnormal, hasil penelitian pada beberapa ternak menunjukan adanya pertumbuhan abnormal pada beberapa organ tubuh hewan percobaan sebagai pengaruh pemberian zat pengawet dan pewarna; c derajat kematian abnormal. Dengan adanya resiko seperti tersebut di atas, Pemerintah melaui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1/1332/A/SK/73, tanggal 22 Oktober 1973 telah menetapkan Daftar Zat Warna bagi makanan dan minuman yang diizinkan bagi manusia; dan Kepmen Kesehatan RI No. 10177/ASK/74, tanggal 28 Nopember 1974 telah menetapkan jenis-jenis bahan pengawet dan menentukan kadar maksimum yang diijinkan pada setiap produk bahan makanan. Dari uraian di atas dapat dismpulakn bahwa 1 pemberian bahan pengawet dan pewarna pada makanan berakibat kurang baik dan bahkan sangat buruk bagi kesehatan manusia; 2 penggunaan bahan penyedap MSG/ Vetsin dan pemanis cyclamat dan saccharin pada bahan makanan menimbulkan berbagai gangguan kesehatan seperti rasa mual yang disertai rasa pusing yang cukup berat, debaran jantung yang lebih kuat, dan kesemutan; 3 bahan tambahan yang berupa pemanis cyclamat dan saccharin menimbulkan berbagai penyakit seperti tumor paru-paru, indung telur, ginjal, kulit dan uterus, mengganggu proses penggumpalan darah, kematian sel, kerusakan kromosom, penyakit jantung, dan diabetes Rand, 1980. Kesimpulan Dari uraian dan pembahsan mengenai dampak negatif zat aditif pada makanan terhadap kesehatan manusia di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberian bahan pengawet, pemanis dan pewarna zataditif pada makanan berakibat kurang Yamin, Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2020, 3 2 163-170 e-ISSN 2655-5263 170 baik dan bahkan sangat buruk bagi kesehatan manusia. Gangguan kesehatan dapat berupa gangguan pertumbuhan dan perkembangan tubuh, rasa mual yang disertai rasa pusing yang cukup berat, debaran jantung yang lebih kuat, dan kesemutan, tumor pada paru-paru, indung telur, ginjal, kulit dan uterus, proses penggumpalan darah, diabetes melitus, kematian sel, kerusakan kromosom, penyakit jantung dan kematian. Oleh karena itu, maka upaya penyadaran masyarakat mengenai dampak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat aditif terhadap kesehatan perlu mendapat perhatian semua pihak agar masyaraakat terutama generasi muda sadar dan waspada dalammenyeleksidan memilih makanan yang hendak dikonsumsinya. Daftar Pustaka Holdgate, 1980, A Prospective of Environmental Pollution, Cambridge University Press, Cambridge. Saturday 03rd, February 2018 Saturday 03rd, February 2018 Saturday 03rd, February 2018 Kusnadi, 1993, Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA, IKIP Bandung, Bandung. Tandjung, 1987, Ancaman Keracunan oleh Adanya Bahan-Bahan Tambahan di dalam Makanan, Makalah, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. ... Penggunaan zat aditif pada makanan yang tidak bijaksana dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Ancaman yang memungkinkan terjadi jika terus menerus terpapar makanan atau minuman yang mengandung zat aditif berbahaya adalah keracunan, kerusakan syaraf, ginjal, hati, cacat kelahiran, gangguan gastroenteritis, kejangkejang, anomalia kaki, kelainan pertumbuhan, kemandulan bahkan kematian Yamin et al., 2018. Menurut Madina et al., 2017 penggunaan pewarna sintetik untuk pewarna tekstil seperti Rhodamin B pada makanan seperti kerupuk, saos tomat serta padakosmetik seperti lipstik Jusnita, 2016;annggresani et al., 2021 . ...... Sedangkan dalam analisis kualitiatif zat aditif berbahaya rodamin B masih ditemukan pada beberapa jajanan khas Indonesia seperti saus cilok Tjuana et al., 2021;Chikmah & Maulida, 2019. Ketidaktahuan produsen maupun konsumen terhadap bahan-bahan yang dilarang penggunaannya oleh BPOM pada produk pangan akan memberikan dampak serius terhadap kesehatan BPOM, 2008;Yamin et al., 2018. Diagram pai Gambar 2 hasil Post-test memberikan informasi tentang kemampuan masyarakat dalam memahami materi yang diberikan dengan nilai persentase 99% yaitu peserta dinyatakan paham dan 1% tidak paham. ...Udrika Lailatul QodriQurrotu A'yuniPenggunaan zat aditif makanan atau food additive sengaja ditambahkan untuk menjaga kualitas makanan. produsen maupun konsumen produk makanan tidak mengetahui secara pasti terhadap zat aditif berbahaya yang dilarang penggunaannya pada bahan pangan seperti zat warna tektil Rhodamin B dan Metil yellow. Ketidaktahuan masyarakat berpengaruh terhadap dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh zat aditif berbahaya seperti sakit kepala, sakit tenggorokan bahkan penyakit kronis seperti kanker. pengenalan bahan aditif akan memberikan wawasan dan kemampuan untuk mendapatkan pola hidup lebih sehat. ketercapaian target peserta pada kegiatan ini mencapai 95%. Tingkat pemahaman masyarakat pada zat aditif sebesar 62% dan meningkat menjadi 99%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat antusias peserta dalam menerima materi yang diberikan sangat tinggi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang zat aditif berbahaya pada makanan. Uji kualitatif pewarna rhodamin dan metil yellow pada beberapa sampel makanan ringan diperoleh hasil negatif.... Makanan dan minuman suatu kebutuhan yang penting bagi manusia. Bahan tambahan yang sering digunakan dalam makanan dan minuman dengan tujuan agar menarik perhatian konsumen yaitu biasa dikenal dengan zat adiktif pada makanan dan minuman dapat berupa pewarna, penyedap rasa dan aroma, pemantap, antioksidan, pengawet, pengemulsi, pemucat, pengental dan pemanis Yamin, 2020. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, hal ini menyebabkan perubahan yang sangat besar pada pola hidup masyarakat terutama dalam memenuhi kebutuhan asupan gizi serta pengolahan makanan dan minuman. ... Lina NurfadhilaMarsah Rahmawati UtamiElsya MartiaRegita NailuvarAdditives that are often used in food and beverages with the aim of attracting the attention of consumers, namely commonly known as addictive substances in food and beverages, can be in the form of dyes, flavoring and aroma, enhancers, antioxidants, preservatives, emulsifiers, bleaches, thickeners and sweeteners. Tartrazine or FC&C Yellow 5 dye code E 102 is a synthetic dye that produces a lemon yellow color which is easily soluble in water, and is a derivative of coal tar which is a mixture of phenolic compounds, polycyclic and heterocyclic hydrocarbons. The tartrazine compound is resistant to light, acetic acid, HCl and 10% NaOH, while 30% NaOH will undergo a chemical reaction with a reddish color change. Easily faded in the presence of an oxidizing agent, FeSO4 will make the substance solution cloudy, whereas in the presence of copper Cu there will be a change from yellow to reddish. paper chromatography and Uv-Vis spectrophotometry methods were positive for containing Tartrazine dye with levels that exceeded the limit set by ADI Acceptable Daily Intake, which is around mg/Kg/day. Tartrazine dye levels in samples A, B, C, D and E respectively ; ; ; and mg/L. The use of tartrazine that exceeds the maximum limit permitted by the Government can cause harmful effects to the health of the body. Among them such as causing urticaria skin allergies, rhinitis runny nose, asthma, purpura bruises on the skin and systemic anaphylaxis shock. The maximum limit for the use of tartrazine coloring permitted by the Government of Indonesia based on BPOM Regulation Number 11 of 2019 states that the maximum level of use of tartrazine in food additives is a maximum of 100 mg/kg for confectionery or candy which includes hard and soft confectionery, nougat and Yu KaWahyu Tisno AtmojoDoctors are one of the human resources contributing to the world of health, especially in the current COVID-19 pandemic situation. With the pandemic and increasing technological developments, this sat have sprung up many digital-based health service applications that can help the community, especially its users in health consultations, looking for health articles, and hospital searches. In this digital-based health service, if you want to consult online or make an appointment, there are many choices of doctors available with various criteria. This method is used to obtain weighting Eigen Vector criteria used to facilitate making decisions, which is to choose a doctor for consultation or appointment. With three criteria experience, consultation price, and user satisfaction level and alternatives Dr. A, Dr. B, Dr. C obtained weighting Eigen Vector or the best alternative option is Dr. A with a weighting value of which has 27 years of experience criteria, a consultation price of Rp. 30, and a user satisfaction rate of 96%.Hikmah YusidaFathurrahman FathurrahmanArdiansyah ArdiansyahMasalah stunting di pemukiman padat penduduk antara lain berkaitan higiene sanitasi dan pola pengasuhan anak. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor sosial budaya dan higiene sanitasi yang mempengaruhi stunting, menggunakan metode penelitian kualitatif disajikan secara deskriptif. Pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi partisipan, dan FGD. Penelitian dilakukan pada tahun 2019 di Kelurahan Telawang. Partisipan dalam penelitian ini adalah kepala puskesmas, petugas gizi, lurah, kader, dan ibu balita berjumlah 16 orang. Analisis data dengan metode content analysis. Keabsahan hasil dilakukan triangulasi, metode dan sumber data dibandingkan dengan sumber lain, diskusi dengan teman sejawat untuk memperoleh masukan, mengecek hasil yang diperoleh guna perbaikan dan mempertajam hasil penelitian. Hasil penelitian, pengetahuan informan tentang stunting relatif masih kurang, sebagian mengganggap stunting disebabkan karena diisap buyu dan faktor keturunan. Sebagian ibu nifas berpantang terhadap makanan tertentu. Pemberian ASI ekslusif, MP-ASI, higiene sanitasi di wilayah ini juga kurang mendukung. Kesimpulan, pengetahuan, pola pengasuhan, dan sanitasi masih kurang baik dan berpengaruh terhadap stunting. Pihak Puskesmas disarankan untuk meningkatkan kegiatan konseling pemberian makan bayi dan anak, baik di puskesmas, posyandu maupun melalui kunjungan rumah, serta jamban zat aditif pada makanan yang tidak bijaksana dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, antara lain alergi, radang tenggorokan, keracunan, kelainan pertumbuhan, bahkan dapat menimbulkan kematian. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari pemakaian zat aditif makanan perlu mendapat perhatian dari insan akademis dari perguruan tinggi untuk menyampaikan penyuluhan mengenai pengenalan zat aditif pada makanan dan dampaknya terhadap kesehatan terutama pada siswa dan siswi SMA Negeri 1 Belimbing Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan. Kegiatan ini secara keseluruhan dapat dikatakan berjalan baik dan berhasil, dilihat dari antusias siswa-siswa dalam memberikan pertanyaan, ketercapaian target jumlah peserta penyuluhan 100%, dan kemampuan siswa-siswi dalam menjawab dengan benar lembar pertanyaan 86,6%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya kegiatan ini memberikan dampak positif kepada siswa-siswi dalam memberikan informasi dan menumbuhkan kesadaran mengenai dampak negatif dari mengkonsumsi makanan atau jajanan di sekolah yang mengandung zat aditif kunci Zat Aditif; Makanan; Dampak use of additives in foods that are not wise can cause various health problems, including allergies, strep throat, poisoning, growth abnormalities, can even cause death. In connection with this, to reduce the negative impacts arising from the use of food additives need attention from academic people from universities to delivered counseling about the introduction of additives in food and their impact on health, especially for students of SMA Negeri 1 Belimbing Muara Enim, South Sumatra Province. This activity as a whole can be said to work well and successfully, seen from the enthusiasm of students in giving questions, the target number of extension participants 100%, and the ability of students to correctly answer the question sheets This shows that the existence of this activity has a positive impact on students in providing information and raising awareness about negative effects of consuming food or snacks in schools that contain food Additives; Food; Health Prospective of Environmental PollutionM W HoldgateHoldgate, 1980, A Prospective of Environmental Pollution, Cambridge University Press, Cambridge. Saturday 03rd, February 2018Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh ManusiaK A KusnadiKusnadi, 1993, Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA, IKIP Bandung, Keracunan oleh Adanya Bahan-Bahan Tambahan di dalam Makanan, MakalahH S J TandjungTandjung, 1987, Ancaman Keracunan oleh Adanya Bahan-Bahan Tambahan di dalam Makanan, Makalah, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.